NASIONAL (RA) - Sejak awal, Presiden Joko Widodo menggaungkan jargon Indonesia sebagai Poros Maritim. Namun ternyata praktik menjaga kedaulatan perairan sangat sulit, lantaran bertahun-tahun orientasi pembangunan tertumpu di daratan.
Alhasil, perairan nusantara menjadi sangat longgar. Celah itu dimanfaatkan nelayan asing mencuri ikan sebanyak mungkin. Pengawasan pun sulit lantaran armada dan tenaga terbatas.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, yang selama ini galak terhadap pencurian ikan pun dibuat tak berkutik saat menyambangi Pelabuhan Benoa secara mendadak. Di depan matanya dia melihat praktik culas masih terjadi. Seolah upaya kerasnya selama ini belum membikin jera para pencoleng.
Di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, kemarin, selama tiga jam Susi melompat dari satu kapal ikan ke yang lainnya saat sandar berdempetan. Kedatangan Susi secara mendadak membikin pusing sejumlah Dinas Kelautan dan Perikanan Bali, KP3 Pelabuhan Benoa, TNI AL, Syahbandar, serta Polair Polda Bali.
Sebelum memeriksa kapal-kapal ikan, Susi dan rombongan melongok dok kapal di sisi utara pelabuhan. Di sana, Susi memergoki beberapa karyawan sedang memanipulasi badan kapal dari serat kaca menjadi kayu.
"Ini awalnya fiber, kenapa dilapisi kayu?" tanya Susi kepada salah seorang karyawan bernama Tony. Tony hanya menjawab dia hanya digaji buat bekerja.
Setelah itu, Susi berlari ke sisi timur pelabuhan. Di sana Susi memanggil beberapa ABK dan bertanya berapa ukuran kapal yang sedang dinaikinya. Seorang ABK yang mirip warga Taiwan menjawab jika kapalnya hanya berkapasitas 29 GT. Susi tidak percaya pengakuan itu karena ukuran kapal sangat besar.
"Saya ini seorang seorang pelaut juga. Kapal ini lebih dari 50 GT. Kamu jangan berbohong dengan saya," ujar Susi.
Tidak puas berjalan kaki, Susi lantas menggunakan motor patroli polisi mengelilingi Pelabuhan Benoa. Beberapa ABK langsung dibawa ke Kantor Satker PSDKP Benoa Bali. Para ABK itu ditanyai tentang kapal-kapal asing, eks asing, termasuk pemalsuan dokumen kapal.(merdeka.com)
